Peristiwa Merah Putih Di Manado Terjadi Pada
Akhir Peristiwa Merah Putih di Manado
Akhir Peristiwa Merah Putih di Manado ini ternyata nggak happy ending guys. Ambil alih kekuasaan dari Belanda ini nggak berlangsung lama. Pada bulan Maret 1946, kapal perang Belanda Piet Hein tiba di Manado dengan membawa pasukan sekitar satu batalion. Kedatangan mereka itu disambut oleh pasukan KNIL yang memihak Belanda. Pada awalnya pihak Belanda mengundang para pemimpin Indonesia untuk melakukan perundingan, pada tanggal 11 Maret 1946.
Namun, ternyata hal tersebut merupakan strategi Belanda untuk kembali menguasai wilayah Sulawesi Utara. Ternyata Belanda memiliki tujuan utama nih, yaitu ingin menahan para pemimpin Sulawesi Utara. Hingga pada akhirnya ajakan untuk berundung tersebut melemahkan para pejuang rakyat Sulawesi Utara. Pada akhirnya, Belanda berhasil kembali menguasai wilayah Sulawesi Utara.
Baca Juga: Latar Belakang dan Hasil Konferensi Inter Indonesia – Materi Sejarah Kelas 11
Latar Belakang Peristiwa Merah Putih di Manado
Kalau ingat tanggal 14 Februari, pasti elo kepikiran sama Hari Valentine atau hari kasih sayang. Tapi tahu nggak sih, kalau ternyata pada tanggal tersebut bangsa kita pernah mengalami peristiwa berdarah yang terjadi untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia? Yap, peristiwa tersebut dikenal sebagai Peristiwa Merah Putih. Peristiwa tersebut terjadi pada tanggal 14 Februari 1946 di Teling, Manado, Sulawesi Utara.
Apa sih yang melatarbelakangi Peristiwa Merah Putih di Manado? Secara garis besarnya sih, peristiwa ini terjadi sebagai bentuk perlawanan masyarakat Sulawesi Utara terhadap provokasi yang dilakukan oleh Belanda. Pada saat itu Belanda mengklaim bahwa kemerdekaan Indonesia hanya untuk pulau Jawa dan Sumatera.
Nah, untuk lebih jelasnya gue akan mulai menceritakan secara lebih detail.
Baca Juga: Tugas Komisi Tiga Negara dan Hasilnya – Materi Sejarah Kelas 11
Kronologi Peristiwa Merah Putih di Manado
Jadi karena seperti yang elo tahu zaman dulu itu alat komunikasi nggak secanggih sekarang, sehingga membuat kabar kemerdekaan Indonesia sampai ke Manado itu telat. Masyarakat Manado baru mengetahui bahwa bangsa Indonesia telah mengumumkan kemerdekaannya pada tanggal 21 Agustus 1945. Setelah mengetahui hal tersebut, masyarakat Indonesia di Manado segera mengibarkan bendera merah putih sebagai bentuk perayaan kemerdekaan Indonesia. Namun pada bulan Oktober 1945 tentara sekutu bersama dengan NICA. Pihak sekutu ingin kembali menguasai Sulawesi Utara terutama Manado, sayangnya pada saat itu masyarakat Manado enggan untuk melawan, sehingga mengakibatkan kembali dikuasainya daerah tersebut oleh Belanda.
Melihat kondisi ini tentu saja para pejuang di Manado nggak tinggal diam dong, mereka menyusun strategi untuk merebut kembali wilayah Sulawesi Utara ke tangan Indonesia. Ya secara nih, udah merdeka masa tetap dikuasai oleh Belanda?
Siapa aja sih tokoh-tokoh yang berperan? Antara lain ada Letnan Kolonel Taulu yang merupakan pemimpin militer dan Sersan Wuisan. Mereka memerintahkan pasukan untuk segera mengambil alih markas pusat yang dikuasai oleh Belanda. Rencana tersebut ternyata udah disusun nih sejak tanggal 7 Februari 1946. Wah, lumayan lama juga sih, Belanda menguasai Sulawesi Utara.
Selain itu rencana perebutan kembali wilayah Sulawesi Utara ini dibantu pula oleh politisi sipil yaitu Bernard Wilhem Lapian. Peristiwa ini juga melibatkan banyak himpunan rakyat di Sulawesi Utara, seperti KNIL dari kalangan pribumi, barisan pejuang dan laskar rakyat.
Puncak peristiwa ini terjadi pada tanggal 14 Februari 1946, tapi sayangnya sebelum puncak peristiwa tersebut Kolonel Taulu dan Sersan Wuisan tertangkap oleh Belanda. Kemudian pemberontakan militer ke Belanda diambil alih oleh Komando Mambi Runtukanu, yang merupakan pemimpin anggota KNIL dari Minahasa. Berkat perjuangannya bersama rakyat Manado ia akhirnya berhasil membebaskan Kolonel Taulu dan Sersan Wuisan serta pemimpin lain yang ditahan oleh Belanda.
Puncak Peristiwa Merah Putih di Manado ini ditandai dengan dirobeknya bendera Belanda yang awalnya merah, putih, biru menjadi merah putih, seperti bendera Indonesia. Akhirnya bendera tersebut dikibarkan di markas Belanda. Hingga akhirnya pada saat itu rakyat Manado berhasil mengambil alih kekuasaan yang sebelumnya dimiliki oleh Belanda.
Contoh Soal dan Pembahasan
Wah, udah sampai di ujung artikel nih kita, tapi sebelum gue tutup materi kali ini, gue ada contoh soal nih, biar elo makin tercerahkan. Simak ya contoh soal berikut!
Apa yang melatarbelakangi terjadinya Peristiwa Merah Putih di Manado?
A. Adanya provokasi yang dilakukan Belanda.
B. Perebutan wilayah kekuasaan Jawa dan Sumatera.
C. Berita kemerdekaan RI yang terlambat.
D. Penahanan para pemimpin Sulawesi Utara.
Jawab: A. Adanya provokasi yang dilakukan Belanda.
Pembahasan: Peristiwa Merah Putih di Manado merupakan bentuk perlawanan terhadap Belanda yang melakukan provokasi, yaitu menyatakan bahwa kemerdekaan Indonesia hanya untuk Sumatera dan Jawa saja. Sehingga, terjadilah perebutan kekuasaan antara Belanda dan rakyat Sulawesi Utara yang memicu Peristiwa Merah Putih di Manado.
Oke guys, udah selesai nih materi kali ini. Kalo elo masih kepo, elo bisa klik banner di bawah ini ya buat liat video pembelajaran materi ini, dan jangan lupa daftarin akun elo ya! See you!
Baca Juga: Latar Belakang dan Tokoh Pertempuran Palagan Ambarawa – Materi Sejarah Kelas 11
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Peristiwa Merah Putih di Manado merupakan peristiwa penyerbuan markas militer Belanda yang berada di Teling, Manado pada tanggal 14 Februari 1946. Berbagai himpunan rakyat di Sulawesi Utara, meliputi pasukan KNIL dari kalangan pribumi, barisan pejuang, dan laskar rakyat berusaha merebut kembali kekuasaan atas Manado, Tomohon, dan Minahasa yang ditandai dengan pengibaran bendera merah putih di atas gedung tangsi militer Belanda. Peristiwa tersebut merupakan bentuk perlawanan rakyat Sulawesi Utara untuk mempertahankan kemerdekaannya serta menolak atas provokasi tentara Belanda yang menyatakan bahwa proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945 hanya untuk Pulau Sumatera dan Jawa semata.[2]
Berita prokamasi kemerdekaan Indonesia baru terdengar oleh rakyat di Sulawesi Utara pada 21 Agustus 1945. Mereka dengan segera mengibarkan bendera merah putih di setiap area dan menduduki kantor-kantor yang sebelumnya dikuasai oleh tentara Jepang serta melucuti semua senjatanya. Namun kedatangan tentara sekutu bersama NICA pada awal Oktober 1945 di Sulawesi Utara membawa suasana rakyat kembali ricuh. Belanda menginginkan kekuasaan sepenuhnya atas Sulawesi Utara terutama Manado. Namun rakyat Manado menolak dan memilih untuk melawan. Kemudian serangan dari sekutu dan Belanda membuat Manado dan sekitarnya kembali diduduki oleh tentara Belanda.[4]
Letnan Kolonel Charles Choesj Taulu, seorang pemimpin dikalangan militer bersama Sersan S.D. Wuisan menggerakkan pasukannya dan para pejuang rakyat untuk ikut mengambil alih markas pusat militer Belanda. Rencana tersebut telah disusun sejak tanggal 7 Februari 1946 dan mereka mendapatkan bantuan seorang politisi dari kalangan sipil, Bernard Wilhelm Lapian. Puncak penyerbuan terjadi pada tanggal 14 Februari, Namun sebelum penyerbuan terlaksana, para pimpinan pasukan tertangkap oleh tentara Belanda termasuk Charles C Taulu dan S.D. Wuisan.[2] Akibatnya pemberontakan ke tangsi militer Belanda dialihtugaskan kepada komando Mambi Runtukahu yang memimpin anggota KNIL dari orang Minahasa. Bersama rakyat Manado mereka berhasil membebaskan Charlis Choesj Taulu, Wim Tamburian, serta beberapa pimpinan lainnya yang ditawan. Puncak penyerbuan tersebut ditandai dengan perobekan bendera Belanda yang awalnya berwarna merah, putih, dan biru menjadi merah dan putih lalu dikibarkan diatas gedung markas Belanda. Mereka juga berhasil menahan pimpinan pasukan Belanda diantaranya adalah pimpinan tangsi militer Letnan Verwaayen, pemimpin garnisun Manado Kapten Blom, komandan KNIL Sulawesi Utara Letnan Kolonel de Vries, dan seorang residen Coomans de Ruyter beserta seluruh anggota NICA.[6] Namun pengambilalihan kekuasaan Belanda tersebut hanya sementara.[7]
Pada awal Maret kapal perang Belanda Piet Hein tiba di Manado dengan membawa pasukan sekitar satu batalyon. Kedatangan mereka disambut oleh pasukan KNIL yang memihak pada Belanda. Kemudian pada tanggal 11 Maret, para pimpinan gerakan merah putih diundang ke kapal Belanda untuk melakukan perundingan, yang tujuan sebenarnya adalah untuk menahan para pimpinan rakyat Sulawesi Utara. Hal tersebut merupakan siasat tentara Belanda agar dapat melemahkan pejuang rakyat dan mengambil alih kembali wilayah Sulawesi Utara.
Peristiwa merah putih di Manado adalah peristiwa penyerbuan markas militer Belanda di Teling, Manado, Sulawesi Utara. Berikut sejarah peristiwa merah putih di Manado.
Peristiwa merah putih di Manado terjadi pasca kemerdekaan Indonesia yakni pada 14 Februari 1946.
Latar belakang peristiwa merah putih ini terjadi karena provokasi Belanda yang menyebut kemerdekaan Indonesia hanya untuk Pulau Sumatera dan Jawa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Peristiwa merah putih di Manado terjadi pasca kemerdekaan Indonesia. Tentara dan rakyat Manado menyerbu maskas Belanda. (Ilustrasi Foto: Istockphoto/Rawpixel)
Kronologi peristiwa merah putih di Manado berawal dari kabar kemerdekaan Indonesia. Saat itu, masyarakat di Manado baru mengetahui kemerdekaan Indonesia pada 24 Agustus 1945.
Setelah mengetahui bahwa Indonesia telah merdeka, masyarakat Manado bergegas mengibarkan bendera merah putih di berbagai tempat termasuk kantor-kantor bekas penjajah Jepang.
Meski sudah merdeka, Belanda masih ingin menguasai Manado. Pada Oktober 1945, pasukan Belanda atau Netherland Indies Civil Administration (NICA) datang ke Manado.
Saat itu, masyarakat Manado dengan tegas menolak Belanda. Perlawanan rakyat Manado pun dimulai. Suasana di Manado dan sejumlah daerah seperti Tomohon dan Minahasa pun memanas.
Dalam sejarah peristiwa merah putih di Manado, masyarakat Manado berhasil menyerbu markas Belanda danmengibarkan bendera Indonesia. (Foto: mufidpwt/Pixabay)
Puncaknya terjadi pada 14 Februari 1946. Residen Manado Bernard Wilhelm Lapian, Letnan Kolonel Charles Choes Taulu dan Sersan SD Wuisan menggerakkan pasukannya untuk mengambil alih markas militer yang dikuasai Belanda. Rakyat dari kalangan pribumi pun ikut dalam penyerbuan itu.
Mereka pun mengibarkan bendera merah putih di atas gedung tangsi militer Belanda. Rakyat juga tak segan-segan merobek bendera triwarna Belanda menjadi bendera merah putih.
Perebutan tangsi militer Teling dan penurunan bendera triwarna yang diganti bendera merah putih berhasil memukul mundur Belanda dan pasukannya.
Peristiwa berdarah serta bersejarah ini semakin menguatkan kemerdekaan Indonesia. Peristiwa merah putih di Manado ini diberitakan lewat radio. Informasi penyerbuan itu sampai ke radio Australia, London hingga San-Francisco, AS.
Untuk mengenang seluruh jasa para pahlawan dalam insiden merah putih di Manado, didirikan sebuah monumen BW Lapian dan Ch Ch Taulu di Jalan Raya Kawangkoan-Tampaso, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara. Monumen ini diresmikan pada 30 November 1987.
Itulah sejarah peristiwa merah putih di Manado yang berhasil menyerang markas militer Belanda.
Peristiwa merah putih di Manado tidak lepas dari kejadian bersejarah pada bulan Juli tahun 1944 dimana pada waktu itu Jepang mengalami kekalahan telak melawan pasukan Sekutu ketika mereka bertempur di atas lautan Pasifik. Kekalahan mereka ini membuat mereka mundur untuk memperkuat kubu pertahanan mereka di pulau Sulawesi dan di daerah Maluku Utara.
Di bulan yang sama, Sam Ratulangi mengutus pemuda-pemuda untuk pergi ke Manado demi menyambut kemerdekaan yang akan dimiliki oleh Indonesia jika ternyata perang pasifik berakhir dengan hancurnya pasukan Jepang oleh pihak Sekutu.
Utusan yang ia kirim ini beranggotakan Mantik Pakasi dan Freddy Lumanauw sebagai utusan tentara, dan Wim Pangalila, Buce Ompi, serta Olang Sondakh sebagai perwakilan pemuda. Mereka pergi menggunakan kereta ke Surabaya, dan melanjutkan perjalanan menggunakan Dai yu Maru menuju Manado.
Dua bulan setelah perngutusan pemuda oleh Sam Ratulangi menuju Manado, tiba-tiba muncul pesawat pembom B-29 yang merupakan properti perang udara milik Angkatan Udara Sekutu.
Pesawat-pesawat yang berjumlah puluhan itu kemudian menghujani Manado dengan bom, dan meratakannya dengan tanah, mengubah setiap gedung yang terlihat menjadi tak lebih dari gundukan sampah, dan menewaskan banyak penduduk.
Hal ini kemudian memicu kecurigaan Jepang bahwa ada mata-mata Sekutu yang berperan ganda sebagai tokoh nasionalis. Di bulan September 1944 ini juga kubu pertahanan Jepang di Sulawesi Utara dan Morotai berhasil ditaklukkan oleh Jenderal Mac Arthur sebelum ia bertolak ke Leyte, Filipina.
Selama pertengahan tahun April 1945 hingga awal Februari 1946, terjadi lagi banyak konflik atau hal-hal yang menuntun kepada terjadinya peristiwa merah putih di Manado.
Pada bulan April hingga Agustus 1945 misalnya, dimana Pimpinan Kaigun menyiapkan kemerdekaan Indonesia, sesuai dengan apa yang pernah ia janjikan dahulu kala. Pada masa itu, bendera merah-putih dikibarkan bersebelahan dengan bendera nasional Jepang, yaitu Hinomaru.
Pada bulan September di bulan yang sama, NICA dan Belanda yang saat itu ada di bawah perlindungan pasukan Sekutu dengan senang hati masuk ke area Indonesia, dan terlepas dari seluruh usaha yang mereka lakukan, mereka tetap tidak berhasil menciptakan dampak apa pun terhadap kehidupan bermasyarakat, berpolitik, mau pun ekonomi.
Pada bulan terakhir tahun 1945, Manado mulai sedikit lega dengan perginya seluruh pasukan Sekutu dari tanah itu. Perginya Sekutu tidak berarti kedamaian, karena mereka pada akhirnya menyerahkan tugas yang tengah mereka jalani secara total kepada NICA-KNIL yang dipimpin oleh seorang Inggris.
John Rahasia dan Wim Pangalila kemudian melihat hal ini sebagai kesempatan untuk melakukan sebuah revolusi atau pemberontakan yang akan dilakukan oleh pemuda-pemuda Manado.
Di Bulan yang sama, NEFIS-Belanda mulai sedikit lebih pintar, dan mereka sudah bisa mulai mencurigai kedua orang yang akan melakukan pemberontakan ini.
Pada bulan Februari 1946, pasukan KNIL yang ada di Teiling masih dicurigai oleh pihak Belanda. Pihak Belanda juga mengeluarkan perintah strength arrest kepada para pemimpin mereka.
Yaitu Furir Taulu, Wuisan, Frans Lantu, Wim Tamburian, Wangko Sumanti, dan Yan Sambuaga karena mereka dinilai merupakan penghasut tentara Indonesia.
Pada tanggal 14 Februari, barulah peristiwa merah putih di Manado terjadi. Pada saat peristiwa itu dimulai, mereka berhasil memengaruhi pihak Belanda, dan membuat Kopral Mambi Runtukahu yang ditunjuk sebagai pemimpin ahli penyergapan pos yang ada di markas garnisun Manado.
Setelah serangan yang tidak memiliki perlawanan ini selesai, ada beberapa nama kaum nasionalis yang kemudian ditangkap oleh NICA dan dituduh sebagai mata-mata Jepang.
Keberhasilan kudeta yang dilakukan oleh Wuisan dan kawan-kawan tiba di telinga kapten KNIL pada masa itu, yang bernama J Kaseger yang akhirnya ikut berjuang membela Indonesia.
Bagian akhir peristiwa merah putih di Manado terjadi pada tanggal 15 dan 16 Ferbuari, hanya satu hingga dua hari setelah peristiwa ini dimulai.
Pada tanggal 15 Ferbruari 1946, komandan KNIL pada waktu itu yang bernama De Vries tertangkap dan menjadi tawanan, hingga ia dihadapkan kepada Taulu dan Wuisan demi membuat kesepakatan akan perselisihan yang terjadi ini.
De Vries, seperti layaknya pimpinan lain, bertanya apakah kudeta militer yang akan dilakukan oleh pihak Indonesia akan menjamin keselamatan pasukannya.
Pada saat itu, sebenernya Taulu tahu bahwa mereka sedang terdesak dan akan kalah, tapi ia kemudian berkata bahwa mereka sedang berjuang bersama pemuda Indonesia, dan akan mempertahankan perjuangan itu.
Setelah kejadian ini, seluruh daerah Minahasa kemudian mulai melihat prosesi pengibaran bendera Merah-Putih.
Hai, Sobat Zenius! Ngomongin tentang perjuangan bangsa kita meraih kemerdekaan emang kayaknya nggak ada habisnya, deh. Bisa dibilang perjuangan bangsa kita ini nggak mudah dan panjang banget, lho. Bahkan setelah proklamasi pada tanggal 17 Agustus 1945 aja perjuangan bangsa Indonesia ini masih berlanjut. Salah satunya adalah terjadinya Peristiwa Merah Putih di Manado. Apa sih, latar belakang dan gimana sih peristiwa merah putih ini terjadi? Yuk, simak terus ya, artikel ini!